Indonesia merupakan negara yang
kaya akan keanekaragaman hayati yang mampu mendukung pemenuhan kebutuhan
pangan. Namun, keanekaragaman tersebut banyak yang tak termanfaatkan
sehingga dalam soal pangan Indonesia justru tampak menyedihkan. Indonesia memiliki 77 jenis sumber karbohidrat, 26 jenis
kacang-kacangan, 389 jenis buah-buahan, 75 jenis sumber lemak, dan 273
jenis sayuran.Namun, dengan sumber pangan melimpah, Indonesia
masih harus mengimpor bahan pangan. Sepanjang 2012, impor beras sudah
mencapai 1,95 juta ton, jagung sebanyak 2 juta ton, kedelai sebanyak 1,9
juta ton, daging sapi setara 900.000 ekor sapi, gula sebanyak 3,06 juta
ton, dan teh sebesar 11 juta dollar.Sudah saatnya pemerintah menekankan perlunya kebijakan pangan cerdas dan berkeadilan. Masyarakat perlu diajak lagi untuk mengenal pangan lokalnya, seperti
jenis umbi-umbian yang belakangan justru terbukti manfaatnya bagi
kesehatan. Dalam soal antisipasi pada dampak perubahan iklim, Indonesia
tidak hanya bisa bergantung pada produk asing, seperti benih impor.
Indonesia perlu mengembangkan sumber daya alam yang dimiliki. Indonesia perlu memanfaatkan keanekaragaman hayati yang
dimiliki untuk mendukung kebutuhan pangan. Sementara langkah yang dilakukan Indonesia saat ini justru sebaliknya. Pangan
diseragamkan dan lahan tempat tumbuhnya bahan pangan dibabat. "Di
antaranya diubah menjadi deretan perkebunan sawit yang 80 persen untuk
ekspor." Konsekuensi yang muncul dari langkah itu, masyarakat
kesulitan mengakses bahan pangan secara mandiri. Pangan harus dibeli,
bahkan dari wilayah yang jauh dari tempat tinggal.
Pengelolaan keanekaragaman hayati laut pun diperlukan. Saat ini, msumber protein laut banyak yang tak bisa dinikmati oleh rakyat. Sebagian sumber daya justru dicuri. Indonesia saat ini masih menjadi cerminan negara berkembang dengan permasalahan pangannya. Data mengungkap, 870 juta orang menderita kelaparan atau kurang gizi. Sebanyak 97,9 persen dari orang yang kelaparan hidup di negara berkembang dan 80 persen orang yang kelaparan justru terlibat langsung pada proses penyediaan pangan.
Pengelolaan keanekaragaman hayati laut pun diperlukan. Saat ini, msumber protein laut banyak yang tak bisa dinikmati oleh rakyat. Sebagian sumber daya justru dicuri. Indonesia saat ini masih menjadi cerminan negara berkembang dengan permasalahan pangannya. Data mengungkap, 870 juta orang menderita kelaparan atau kurang gizi. Sebanyak 97,9 persen dari orang yang kelaparan hidup di negara berkembang dan 80 persen orang yang kelaparan justru terlibat langsung pada proses penyediaan pangan.
Dari awal
pemerintah memang tidak pernah berpihak kepada para petani. Di saat
produksi padi meningkat, pemerintah di bawah koordinasi Menko
Perekonomian melalui Kementerian Perdagangan dan Bulog malah
berkolaborasi melakukan impor beras di akhir tahun ini sebanyak 700
ribu ton.“Angka itu 72 persen dari izin impor yang diberikan Kementerian Perdagangan sebanyak 1 juta ton,.Tidak berhenti sampai di situ, langkah pemerintah
melalui Menteri Keuangan memangkas anggaran pertanian pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2012 serta menolak
Asuransi Petani dan Bank Pertanian.Belum lagi anggaran untuk pertanian yang tidak lebih dari 4 persen
atau Rp 53,9 triliun dari total belanja APBN 2012 sebesar Rp 1.435
triliun. “Terlihat jelas pemerintah sangat tidak berpihak pada sektor
pertanian. Mereka juga habis-habisan memasukkan berbagai impor pangan
dan hortikultura,
Masyarakat sebenarnya tidak memerlukan impor beras.
Sebab menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), stok beras nasional
sampai saat ini (2012 akhir) masih aman, dengan perkiraan produksi padi meningkat
4,87 persen menjadi 68,96 juta ton gabah kering giling (GKG). Jika impor itu tetap dilakukan, ada kecurigaan
permainan mafia yang menguntungkan pihak tertentu yang merugikan
masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar