Senin, 25 Februari 2013

Menuju Beras Sehat dari Padi Tawaf, Kong Tahib dan Saripudin, Petani Padi Tawaf di Cilangkap Tapos Depok

Menjemur gabah padi tawaf, sebuah upaya menuju pangan yang sehat serta mempunyai nilai tambah berkah, sebab produksinya mengacu pada tatacara Islami yaitu metode menanam padi pola Tawaf, sebuah gerak alamiah sunatullah , diproyeksikan bukan untuk menyaingi sistem yang ada karena bisa dipadu - serasikan dengan model Legowo atau SRI.

Selasa, 19 Februari 2013

Utang Pemerintah RI per Januari 2013 melambung sebesar 1,979,75 Triliun

Mau membayar utang negara kita Mbah ?
JAKARTA - Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat posisi utang pemerintah per 31 Januari mengalami peningkatan. Kenaikan utang Indonesia naik menjadi Rp4,33 triliun. Dalam data yang diterbitkan DJPU, Selasa (19/2/2013), utang pemerintah naik ke Rp1.979,75 triliun pada Januari 2013, dari Rp1.975,42 triliun pada akhir 2012. Dalam lima tahun belakangan, utang pemerintah telah meningkat Rp343,01 triliun.Total utang pemerintah tersebut, berasal dari pinjaman sebesar Rp605,59 triliun. Pinjaman ini mengalami penurunan Rp10,56 triliun dari posisi tahun lalu sebesar Rp614,32 triliun.Adapun rincian dari pinjaman tersebut yakni, pinjaman luar negeri sebesar Rp603,76 triliun, dengan pinjaman bilateral Rp348,93 triliun, pinjaman multilateral Rp229,68 triliun, komersial Rp24,77 triliun. Sementara untuk pinjaman luar negeri sebesar Rp1,82 triliun, naik dari posisi tahun lalu sebesar Rp1,80 triliun.Sementara utang terbesar diperoleh dari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp1.374,16 triliun naik Rp13,06 triliun dari posisi tahun lalu sebesar Rp1.361,10 triliun. Dengan denominasi valas sebesar Rp264,82 triliun dan denominasi rupiah Rp1.109,34 triliun.

Harga Beras Di Depok Mahal

DEPOK - Harga beras di sejumlah pasar tradisional dan pedagang eceran di Depok naik signifikan. Salah satunya di Pasar Depok Jaya harga beras bahkan ada yang mencapai Rp12 ribu per liter.

Hal itu pun dikeluhkan oleh salah satu konsumen, Rahayu warga Cipayung, Depok. Biasanya, ia membeli beras kualitas sedang dengan harga Rp7.000, namun kini tak ditemukan lagi di pedagang.

"Saya biasa beli beras Rp7 ribu, tapi ini enggak ada lagi, mahal-mahal, ada yang Rp12 ribu malah, paling murah Rp8.500 per liter," tuturnya kepada Okezone, Minggu (13/1/2013).

Para pedagang mengaku kenaikan harga dipengaruhi musim hujan dimana banyak sawah petani terendam banjir. "Saya mau cari yang Rp7 ribu tapi warnanya kuning, akhirnya saya beli di pedagang eceran di luar ada yang Rp7.500 tapi kualitasnya enggak begiti bagus," jelas Rahayu.

Sementara itu  Kepala TU Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Depok Bambang Pamungkas mengatakan harga beras dan turunannya (nasi matang) mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap inflasi di Kota Depok. Ia menambahkan, biasanya beras selalu mengalami kenaikan harga saat awal tahun dan mendekati Lebaran.

Menurutnya, kebutuhan Beras di Depok sekira 97 persen di datangkan dari berbagai daerah. "Salah satu penyebab kenaikan harga di antaranya faktor cuaca atau curah hujan cukup tinggi dan berujung pada gagalnya panen padi," tandas Bambang

Impor Beras Itu Menyakitkan Hati Petani

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati yang mampu mendukung pemenuhan kebutuhan pangan. Namun, keanekaragaman tersebut banyak yang tak termanfaatkan sehingga dalam soal pangan Indonesia justru tampak menyedihkan. Indonesia memiliki 77 jenis sumber karbohidrat, 26 jenis kacang-kacangan, 389 jenis buah-buahan, 75 jenis sumber lemak, dan 273 jenis sayuran.Namun, dengan sumber pangan melimpah, Indonesia masih harus mengimpor bahan pangan. Sepanjang 2012, impor beras sudah mencapai 1,95 juta ton, jagung sebanyak 2 juta ton, kedelai sebanyak 1,9 juta ton, daging sapi setara 900.000 ekor sapi, gula sebanyak 3,06 juta ton, dan teh sebesar 11 juta dollar.Sudah saatnya pemerintah menekankan perlunya kebijakan pangan cerdas dan berkeadilan. Masyarakat perlu diajak lagi untuk mengenal pangan lokalnya, seperti jenis umbi-umbian yang belakangan justru terbukti manfaatnya bagi kesehatan. Dalam soal antisipasi pada dampak perubahan iklim, Indonesia tidak hanya bisa bergantung pada produk asing, seperti benih impor. Indonesia perlu mengembangkan sumber daya alam yang dimiliki. Indonesia perlu memanfaatkan keanekaragaman hayati yang dimiliki untuk mendukung kebutuhan pangan. Sementara  langkah yang dilakukan Indonesia saat ini justru sebaliknya. Pangan diseragamkan dan lahan tempat tumbuhnya bahan pangan dibabat. "Di antaranya diubah menjadi deretan perkebunan sawit yang 80 persen untuk ekspor." Konsekuensi yang muncul dari langkah itu, masyarakat kesulitan mengakses bahan pangan secara mandiri. Pangan harus dibeli, bahkan dari wilayah yang jauh dari tempat tinggal.

Pengelolaan keanekaragaman hayati laut pun diperlukan. Saat ini, msumber protein laut banyak yang tak bisa dinikmati oleh rakyat. Sebagian sumber daya justru dicuri. Indonesia saat ini masih menjadi cerminan negara berkembang dengan permasalahan pangannya. Data mengungkap, 870 juta orang menderita kelaparan atau kurang gizi. Sebanyak 97,9 persen dari orang yang kelaparan hidup di negara berkembang dan 80 persen orang yang kelaparan justru terlibat langsung pada proses penyediaan pangan. 

Dari awal pemerintah memang tidak pernah berpihak kepada para pe­tani. Di saat produksi padi me­ningkat, pemerintah di bawah ko­ordinasi Menko Perekonomian me­lalui Kementerian Perda­ga­ngan dan Bulog malah ber­ko­la­borasi me­lakukan impor beras di akhir tahun ini sebanyak 700 ribu ton.“Angka itu 72 persen dari izin impor yang diberikan Ke­men­te­rian Perdagangan sebanyak 1 juta ton,.Tidak berhenti sampai di situ,  langkah peme­rin­­tah melalui Menteri Keuangan memangkas anggaran pertanian pada Anggaran Pendapatan dan Be­lanja Negara Perubahan (APBN-P) 2012 serta menolak Asu­ransi Petani dan Bank Pertanian.Belum lagi anggaran untuk per­tanian yang tidak lebih dari 4 persen atau Rp 53,9 triliun dari total belanja APBN 2012 sebesar Rp 1.435 triliun. “Terlihat jelas pemerintah sa­ngat tidak berpihak pada sektor pertanian. Mereka juga habis-habisan memasukkan berbagai impor pangan dan hor­tikultura,
Masyarakat sebe­narnya tidak memerlukan impor beras. Sebab menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), stok beras nasional sampai saat ini (2012 akhir) masih aman, dengan perkiraan produksi padi meningkat 4,87 persen menjadi 68,96 juta ton gabah ke­ring giling (GKG). Jika impor itu tetap dilakukan, ada kecurigaan per­mainan mafia yang mengun­tungkan pihak ter­ten­tu yang me­rugikan ma­sya­rakat.

Senin, 18 Februari 2013

Beras Cerdas karya Universitas Jember Jawa Timur

TEMPO.CO , Jember - Selama ini masyarakat mengetahui beras berasal dari tanaman padi. Tapi kali ini, ada beras cerdas. Beras ini terbuat dari singkong.


Oleh karenanya, untuk membuat 'beras cerdas' atau beras tiruan dalam skala nasional, Indonesia harus mampu mencapai program swasembada singkong. "Karena bahan baku utama beras cerdas itu ya dari singkong. Sementara produksi singkong kita masih minim, bahkan masih impor," ujar Apriyanto, Kepala Bidang Penganekaragaman Konsumsi Pangan Badan Ketahanan Pangan (BKP) Provinsi Jawa Timur, Kamis 27 Desember 2012.

BKP Jawa Timur bersama Universitas Jember melakukan sosialisasi dan pembagian 'beras cerdas' untuk 490 warga miskin di Kecamatan Jelbuk dan Kecamatan Sumberbaru Kabupaten Jember. Menurut Aprinyanto, program 'Pangan untuk kesejahteraan' itu akan segera dilakukan di 38 kabupten/kota lainnya di Jawa Timur. " Ini program bantunan pangan yang berbasis potensi dan budaya wilayah. Tujuannya untuk pengembangan sumberdaya pangan lokal dan perbaikan gizi masyarakat," katanya.

Selain menjadi salah satu lumbung padi nasional, kata Apriyanto, Jawa Timur sebenarnya juga kaya akan produksi sumber-sumber karbohidrat non-beras. Dia menyebutkan pada tahun 2010 saja, di Jawa Timur mampu memproduksi 5,587 juta ton jagung, 3,642 juta ton singkong, 253,9 ton ubi jalar dan 10,1 ton sorgum. "Masalahnya belum maksimal pengolahannya menjadi bahan pangan non beras dan meningaktkan ketahanan pangan," kata dia.

'Beras Cerdas' buatan tim ahli Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Univeritas Jember. Beras itu dibuat dari bahan dasar ketela pohon atau singkong dicampur bahan lain seperti jagung dan susu. "Sampai sekarang kendala utama ada pada bahan baku. Pemerintah harus serius menggenjot produksi singkong nasional," kata Prof. Dr. Achmad Subagio, penemu beras tiruan itu.

Subagio mengembangkan dan memproduksi tepung singkong (modified cassava flour/Mocaf) sejak tahun 2005 lalu di Kabupaten Trenggalek. Tepung mocaf itu yang diolah bersama bahan lain dijadikan 'beras cerdas', juga bahan makanan lainnya seperti mie dan aneka kue.

Saat ini, tim ahli FTP Unej bekerjasama dengan Badan Ketahanan Pangan Pusat (Kementrian Pertanian) dan BKP Jawa Timur, telah didirikan empat pabrik 'beras cerdas' di Kabupaten Jember, Ponorogo dan Blitar. Kapasitas produksi beras tiruan itu mencapi 2 ton per hari. "Tahun depan ada rencana membagun 12 pabrik lagi di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat dengan dana APBN dan APBD,"kata Subagio.

Selama ini, bahan baku untuk produksi masih mengandalkan singkong dari Kabupetn Trenggalek, Ponorogo, Blitar dan Tulungagung. Sementara daerah lainnya seperti Jember, Bondowoso, Situbondo, Banyuwangi, kata dia, masih sedikit produksinya. "Padahal ada ribuan hektar lahan tidur dan lahan kritis yang belum dimanfaatkan untuk budidaya singkong," kata di

Minggu, 17 Februari 2013

Putaran Tawaf, Putaran Selaras Alam Semesta


Dalam Islam, ketika seseorang thawaf di sekitar Ka’bah, maka ia memulai dari Hajar Aswad, dan gerakannya harus berlawanan dengan arah jarum jam.  

Hal itu adalah penting mengingat segala sesuatu di alam semesta dari atom hingga galaksi itu bergerak berlawanan dengan arah jarum jam.
Elektron-elektron di dalam atom mengelilingi nukleus secara berlawanan dengan jarum jam.
  • Di dalam tubuh, sitoplasma mengelilingi nukleus suatu sel berlawanan dengan arah jarum jam.
  • Molekul-molekul protein-protein terbentuk dari kiri ke kanan berlawanan dengan arah jarum jam. 
  • Darah memulai gerakannya dari kiri ke kanan berlawanan dengan arah jarum jam. 
  • Di dalam kandungan para ibu, telur mengelilingi diri sendiri berlawanan dengan arah jarum jam. 
  • Sperma ketika mencapai indung telur mengelilingi diri sendiri berlawanan dengan arah jarum jam. 
  • Peredaran darah manusia mulai gerakan berlawanan dengan arah jarum jamnya. 
  • Perputaran bumi pada porosnya dan di sekeliling matahari secara berlawanan dengan arah jarum jam.
  • Perputaran matahari pada porosnya berlawanan dengan arah jarum jam. 
  • Matahari dengan semua sistimnya mengelilingi suatu titik tertentu di dalam galaksi berlawanan dengan arah jarum jam. 
  • Galaksi juga berputar pada porosnya berlawanan dengan arah jarum jam.
 
Putaran Tawaf kekiri

 BAGAIMANA DENGAN ADA PADA GAMBAR INI ?
 APA YANG TERJADI BILA PUTARANNYA DI BALIK?
 PUTARAN PADA LINTASAN LARI



ARAH JARUM ULTIMETER KETIKA
KE ARAH MANA JARUM  PENUNJUKKNYA 
BERGERAK BILA MENGANDUNG MASA?









Memijat wajah
Sebagian besar kita akan mengoleskannya dari bagian depan ke belakang. Sebagai contoh, di pipi kanan, Anda akan menggunakan tangan kanan, lalu memutarnya searah jarum jam. Dari bagian dekat dengan bibir ke arah telinga, jika Anda lihat arah putarannya, maka Anda berarti menarik kulit pipi ke bawah. Menurut tips dr Prihantini dari Erha Apothecary, Ia mengajarkan agar mencoba memijat wajah dengan arah yang berlawanan dengan gravitasi.....(para wanita tips yang cocok...hehehe) jangan salah putar lagi


Satu lagi para pengguna komputer perhatikan kearah mana ketika cursor dalam posisi proses/ loading ?


Lalu adakah bedanya rasa kopi seduh/teh manis yang diputar searah jarum jam dengan arah berlawanan ? silahkan di coba....

Jumat, 15 Februari 2013

Pelatihan Budidaya Padi Pola Tawaf, Revolusi Pangan Syariah Islami melepaskan umat Islam dari makanan haram tersebab proses yang tidak Islami

Asosiasi Petani Pelopor Penghijauan (AP3) kota Depok, bekerjasama dengan Yayasan Meridian Mekah Kota Depok dalam rangka menyambut Hari Bumi 24 April 2013 menyelenggarakan "pelatihan pendampingan petani padi metode tawaf" dan "Pelatihan Penanaman Padi Metode Tawaf"sebagai bagian dari upaya penyebarluasan aksi kembali ke  dunia pertanian syariah termasuk juga untuk mengantisipasi  "kelemahan sosial" umat Islam di Indonesia dalam bentuk taklid pada ritual ajaran selain Islam khususnya pada budidaya penanaman Padi. Kelemahan kedaulatan  pangan kita yang terasa menyolok adalah semakin banyaknya negara kita Indonesia mengimpor bahan pangan (kurang lebih 2 juta Ton pertahun) khususnya beras dari negara negara penghasil beras seperti Thailand dan Vietnam. Bila penanaman padi di Thailand dan Vietnam dilakukan dengan metode syariat Hindu atau Budha seperti juga yang telah dilakukan secaran turun temurun oleh petani kita di Indonesia maka berlakulah apa yang dikatakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam  “Artinya : Barangsiapa mengadakan hal yang baru yang bukan dari kami maka perbuatannya tertolak”. Dan dalam riwayat lain disebutkan : Barangsiapa beramal suatu amalan yang tidak didasari oleh urusan kami maka amalannya tertolak. 
Pelatihan kami tidak diselenggarakan untuk perorangan tetapi harus diikuti oleh peserta yang dikirim oleh lembaga, instansi khususnya lembaga dakwah Islam atau organisasi masa Islam. Informasi tentang Pelatihan padi dan beras "Tawaf" ini bisa anda dapatkan di Asosiasi Petani Pelopor Penghijauan (AP3) kota Depok, di lokasi penanaman Padi Pola Tawaf di Kp Banjaran Pucung RT 05 RW 07 Cilangkap Tapos Depok dengan nomor kontak M. Syafril Simabor: 0852 - 8545- 0257

Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah berkata mengenai bid’ah,

فكلُّمنأحدثشيئاً،ونسبهإلىالدِّين،ولميكنلهأصلٌمنالدِّينيرجعإليه،فهوضلالةٌ،والدِّينُبريءٌمنه،وسواءٌفيذلكمسائلُالاعتقادات،أوالأعمال،أوالأقوالالظاهرةوالباطنة.

Setiap yang dibuat-buat lalu disandarkan pada agama dan tidak memiliki dasar dalam Islam, itu termasuk kesesatan. Islam berlepas diri dari ajaran seperti itu termasuk dalam hal i’tiqad (keyakinan), amalan (perbuatan), perkataan yang lahir dan batin.”

Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullah berkata mengenai bid’ah,

فكلُّمنأحدثشيئاً،ونسبهإلىالدِّين،ولميكنلهأصلٌمنالدِّينيرجعإليه،فهوضلالةٌ،والدِّينُبريءٌمنه،وسواءٌفيذلكمسائلُالاعتقادات،أوالأعمال،أوالأقوالالظاهرةوالباطنة.
Setiap yang dibuat-buat lalu disandarkan pada agama dan tidak memiliki dasar dalam Islam, itu termasuk kesesatan. Islam berlepas diri dari ajaran seperti itu termasuk dalam hal i’tiqad (keyakinan), amalan, perkataan yang lahir dan batin.”

Semua hasil tanaman (termasuk padi) halal dikonsumsi, benarkah ? By Hasnan Habib Kota Depok

Ngkong Tahib, Petani sesepuh Cilangkap Tapos Depok
Mengkonsumsi Kurma, gandum, ubi, singkong, jagung, talas, Sukun, sebagai bahan makanan pokok memang halal karena saat semua tanaman tersebut diatas ditanam secara acak atau tebar, jadi siapapun yang menanam, kita umat Muslim tak perlu ragu bahwa hasil tanaman tersebut halal, namun untuk beras ? weits tunggu dulu, kita harus tahu persis bahwa padi ditanam dengan upacara atau ritual tertentu dan celakanya ritual itu adalah ritual para " Penyembah Dewa atau Tuhan Matahari " lho kok jadi ruwet begini, bagaimana jalan ceritanya ?. Padi sudah beratus abad silam ditanam oleh bangsa Mesir, India, Cina, Puak Melayu, dan awal muasal padi ditanam adalah secara acak (disebar) namun para pendeta Mesir yang merupakan para Penyembah Dewa Ra ( Matahari ) telah menjadikan penanaman padi sebagai ritual penyembahan Dewa Ra, ritual penanaman padipun berkembang ke Cina dan Jepang (meliputi Asia tengah, Utara, Selatan dan Tenggara) diadopsi dan dikembangkan secara turun temurun oleh nenek moyang yang beragama animisme , Penyembah Dewa Matahari, kemudian diteruskan ritualnya oleh umat Hindu atau Budha di Jepang , Cina dan India. Tentu saja pemahaman penanaman padi sebagai ritual keagamaan belum mendapatkan tempat di hati petani umat Islam sebab memang para penyebar agama Islam dari Mekah Madinah dan jazirah Arab tidak mengenal budaya tanaman padi, kiprah para pendakwah Islam pada dunia penanaman padi baru sebatas pada konsepsi filsafat cangkul dan bajak oleh walisongo khususnya di Jawa. Kalau saja umat Islam mau mendefinisikan konsep ritual ibadah Budidaya Tanaman Padi sebagai non ritual agama/faham lain tentu saja ini sebuah kesalahan besar sebab bila sudah menyangkut ibadah maka hukum beras yang berasal dari padi yang ditanam oleh para petani Vietnam dengan ritual Hindu/Budha maka sudah jelas hukumnya Haram. Oleh karenanya kami para petani Asosiasi Petani Pelopor Penghijauan (AP3) di Cilangkap Tapos Depok bekerjasama dengan Yayasan Meridien Mekah, telah mengembangkan sistem Budidaya Padi Pola Tawaf yang insyaallah Islami, seperti apa? marilah kita lihat cara menanam padi yang selama ini dilakukan yaitu selalu menghadap matahari " agar selalu menghormati Dewa Matahari" jadi pola ritualnya adalah pada pagi hari mundur ke barat , bila siang hari mundur kearah timur. Itulah yang menjelaskan kenapa negara negara yang menanam padi dengan "Syariat Pemyembah Matahari" samapai sekarang berjaya dipentas dunia, lihatlah Jepang, China ( Bersama India adalah tempat asal muasal  ritual penanaman padi ) Thailand, Birma dan Vietnam (negeri dimana kita selalu membeli beras dari mereka) Ya, mereka mereka menjadi kuat karena menanam padi sebagai makan pokok mereka dengan "syariat mereka" (para penyembah Matahari) sedangkan kita umat Islam di Indonesia memakan beras dari hasil penanaman padi yang berritualkan pada Syariat Para Penyembah Matahari, inilah yang membuat kita Umat Islam lemah, karena kita menanam dan mengkonsumsi bahan makanan yang ditanam tidak berdasarkan "syariat Islam", kenapa berpuluh puluh abad silam kita umat Islam tidak pernah berfikir tentang " Taklid Buta Ritual Penanaman Padi Syariat Penyembah Matahari" ini, bahkan petani yang beragama Islampun selama ini mengikuti cara turun temurun ini. Oleh karena itu kami sudah memulai menanam padi secara syariah Islam "sistem Tawaf" satu pola penanaman padi berdasarakan tata sunatullah konvergen yang insyaalllah padi dan berasnya bernilai tambah Islami dan berkah, informasi tentang padi dan beras "Tawaf" ini bisa anda dapatkan di Asosiasi Petani Pelopor Penghijauan (AP3) kota Depok, di lokasi penanaman Padi Pola Tawaf di Kp Banjaran Pucung RT 05 RW 07 Cilangkap Tapos Depok dengan nomor kontak M. Syafril Simabor: 0852 - 8545- 0257

Padi Tawaf, sebuah Reformasi Pangan Syariah Islami oleh kelompok tani di Depok Jawa Barat

Walikota Depok Nurmahmudi mengunjungi AP3
Ada 2 makanan pokok penting saat ini yaitu beras dan Gandum, dua duanya ditanam, dibudidayakan bukan dengan cara yang Islami, Gandum misalnya kita impor 4 juta ton pertahun, beras hampir 2 juta Ton pertahun, namun lihatlah cara budidayanya : tanaman Gandum dibudidayakan secara mekanis kapitalis tanpa nilai islami, Beras apalagi, bahkan untuk beras kita kebanyakan umat Islam sangat tidak menyadari bahwa secara keseluruhan proses budidaya padinya adalah " Ritual Murni Para Penyembah Matahari" yang sangat jauh dari nilai nilai syariat Islami, lalu bagaimanakah sikap kita sebagai Muslim dalam meng-ada-kan bahan pokok makanan dalam hal ini beras, coba kita lihat negara dimana kita mengimport Beras dalam jumlah yang sangat besar : Vietnam, Thailand dan Birma, adakah mereka menanam padi dengan cara Islami ? faktanya mereka menanam padi dengan tatacara Syariat agama mereka , apakah kita tetap bersikukuh dengan mengkonsumsi beras yang ditanam dengan caran non syariah Islami ? Kami para petani Asosiasi Petani Pelopor Penghijauan (AP3) telah menggali dan menerapkan budidaya tanaman Padi berbasiskan pola syariah yaitu dengan pola Tawaf, sebuah reformasi besar pada pola penanaman padi konvensional yang cenderung mengikuti aturan ritual " para penyembah matahari" sebuah pertanyaan, bukankah mengikuti sesuatu tanpa ada ilmu pengetahuan itu adalah suatu "Taklid buta" yang sangat berbahaya ? dapatkan informasinya di di Asosiasi Petani Pelopor Penghijauan (AP3) kota Depok, di lokasi penanaman Padi Pola Tawaf di Kp Banjaran Pucung RT 05 RW 07 Cilangkap Tapos Depok dengan nomor kontak Hasnan Habib : 0812 - 9424 -2552 atau M. Syafril Simabor: 0852 - 8545- 0257

Para Penggali Ide Padi Tawaf,sebuah upaya meReformasi Pangan secara Syariah Islami

M Syafril Simabor
Hasnan Habib
M Yasin, Tata, Syarifudin, Hasnan Habib

MENGAPA UMMAT ISLAM INDONESIA LEMAH? KARENA MAKANAN POKOKNYA BERMASALAH

Rakyat Indonesia (Yang sebagian besar beragama Islam) merasakan bebab yang sangat berat, yaitu harus memenuhi kebutuhan hidup yang makin lama makin bertambah berat, akibatnya kemerositan semangat hidup makin kencang, daya tempur dan daya tahan umat Islam tergerus secara sistematis dan masif. Kami para petani menyodorkan suatu teori sederhana mengapa kelemahan semangat ini ! ya karena yang kita makan adalah beras impor, dan meskipun beras yang kita makan adalah beras lokal dalam neegri, cara menanam padi yang berpuluh-puluh abad yang lalu secara turun temurun, namun cara bertanam padi yang tidak ISLAMI itulah yang menyebabkan kita umat Islam menjadi lemah. Kami para petani AP3 di Cilangkap Tapos Depok bekerjasama dengan Yayasan Meridien Mekah, telah mengembangkan sistem Budidaya Padi Pola Tawaf yang insyaallah Islami, seperti apa? marilah kita lihat cara menanam padi yang selama ini dilakukan yaitu selalu menghadap matahari " agar selalu menghormati Dewa Matahari" jadi pola ritualnya adalah pada pagi hari mundur ke barat , bila siang hari mundur kearah timur. Itulah yang menjelaskan kenapa negara negara yang menanam padi dengan "Syariat Pemyembah Matahari" samapai sekarang berjaya dipentas dunia, lihatlah Jepang, China ( Bersama India adalah tempat asal muasal  ritual penanaman padi ) Thailand, Birma dan Vietnam (negeri dimana kita selalu membeli beras dari mereka) Ya, mereka mereka menjadi kuat karena menanam padi sebagai makan pokok mereka dengan "syariat mereka" (para penyembah Matahari) sedangkan kita umat Islam di Indonesia memakan beras dari hasil penanaman padi yang berritualkan pada Syariat Para Penyembah Matahari, inilah yang membuat kita Umat Islam lemah, karena kita menanam dan mengkonsumsi bahan makanan yang ditanam tidak berdasarkan "syariat Islam", kenapa berpuluh puluh abad silam kita umat Islam tidak pernah berfikir tentang " Taklid Buta Ritual Penanaman Padi Syariat Penyembah Matahari" ini, bahkan petani yang beragama Islampun selama ini mengikuti cara turun temurun ini. Oleh karena itu kami sudah memulai menanam padi secara syariah Islam "sistem Tawaf" satu pola penanaman padi berdasarakan tata sunatullah konvergen yang insyaalllah padi dan berasnya bernilai tambah Islami dan berkah, informasi tentang padi dan beras "Tawaf" ini bisa anda dapatkan di Asosiasi Petani Pelopor Penghijauan (AP3) kota Depok, di lokasi penanaman Padi Pola Tawaf di Kp Banjaran Pucung RT 05 RW 07 Cilangkap Tapos Depok dengan nomor kontak Hasnan Habib : 0812 - 9424 -2552 atau M. Syafril Simabor: 0852 - 8545- 0257